Asal-usul Desa Cilangcang
Pada awalnya seorang pendatang dari kerajaan mataram yang bernama Kyai Brahma Timpu beliau menunggang kuda setelah lama diperjalanan ada satu tempat untuk beristirahat, lalu Kyai Brahma Timpu istirahat dan kudanya di ikat di pohon beringin yang sekarang di sebut mata air situsari, itu tempat peristirahatannya, lama kelamaan kemudian Kyai Brahma Timpu tersebut menjadi merasa betah dan akhirnya sampai beberapa tahun beliau berada dilokasi tersebut dan dalam keadaan baik, namun pada suatu hari beliau kedatangan dua orang pendatang yang bernama Sacawinata dan Brahmawijaya. Kedua orang tersebut membawa biji peundeuy dan akhirnya beliau berteman akrab. Di suatu tempat kemudian ingat biji peundeuy ditanam disuatu hutan katanggur yang sekarang disebut sawah katanggur disebelah selatan desa Kancana. Tiba-tiba ketiga orang tersebut yakni Kyai Brahma Timpu, Sacawinata dan Brahmawijaya bertengkar sampai menimbulkan masalah sehingga bermusuhan dan akhirnya terjadi perang tanding, terjadinya perkelahian tersebut menewaskan salah satu dari mereka bahkan ikatan kudanya pun lepas dan kudanya lari ke pasir luhur, yang sekarang disebut Pasir Kuda Batur yang berada disebelah utara desa Cilangcang yaitu dusun Cilangcang tongoh desa Kancana. Kemudian dengan adanya telapak kaki kuda itu, ceritanya kebiasaan Kyai Brahma Timpu mengikat kudanya di pohon beringin sampai akhirnya telapak kuda tersebut mengeluarkan air yang bergenang. Orang Sunda memanggil genangan air tersebut ‘Cai Leuncang’, akhirnya karena banyaknya genangan air itu maka itu yang menjadikan desa itu dinamakan desa Cilancang. Saat ini, genangan air tersebut sudah menjadi besar seperti kolam dan karena kejernihan airnya, maka warga desa menamakannya dengan sebutan mata air Situsari.
Selanjutnya salah seorang yang masih hidup mungkin saja mempunyai keluarga dan mempunyai keturunan, kemudian sekian puluh tahun berikutnya ada beberapa orang tokoh, konon Buyut Among Karia, Buyut Among Saria, Kyai Pustu, ketiga orang tersebut mengikuti perang ke Betawi diminta oleh kerajaan, dari ketiga orang itu dua orang diantaranya ada keterikatan dari kerajan Tala Manggung, setelah mengikuti perang ke Betawi ketiga orang tersebut kembali dengan selamat, dan kerajaan memberikan upah sawah seluas tujuh bahu di sawah tegal yang terletak di desa sindang bahkan disalah satu sawah sindang ada yang diberi nama sawah Cilangcang.
Sekarang makam Kyai Brahma Timpu, Sacawinata, Brahmawijaya, Buyut Among Karia, Buyut Among Saria ada di pasir bajing desa Cilangcang, dan Kyai Pustu dimakamkan di lebak cina desa Cilangcang, demikian sejarah desa Cilangcang dari jaman kerajaan. Setelah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cilangcang masuk ke desa Sunalari pada tahun 1980 – 1981 dan masyarakat mengajukan kepada pemerintah untuk memisahkan dari desa Sunalari pada tahun 1982 lahirlah sebuah desa yang diberi nama Desa Cilangcang, satu tahun kemudian diadakan pemilihan kepala desa yang pertama dan terpilihlah Bapak H. Rahmat dengan masa jabatan 8 (delapan) tahun, selanjutnya bapak Suhendar dengan masa jabatan 9 (sembilan) tahun, bapak Solehudin dengan masa jabatan 10 (sepuluh) tahun, dan sekarang yang ke 4 (empat) bapak Engkos Ahmad Fauzi.
3 comments
Sumber asal usul desa cilangcang dsri mama
ReplyAsal usul desa cilangcang
ReplyBang dari mana dapet cerita ini soalnya ada buyut saya
Reply