-->

Asal - usul Desa Kalikoa

Asal - usul Desa Kalikoa

Asal - usul Desa Kalikoa



Pada zaman dahulu kala ada seorang putra Raja Demak bernama Akhmad telah lama menuntut ilmu di pesantren.
Sewaktu pulang dari pesantren, ia ditemui bupati yang mendapat pesan dari ayahandanya, agar ia menyusul ayahnya berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dengan dibekali kapal beserta isinya untuk keperluan selama dalam perjalanan.

Dalam perjalanan ke tanah suci dengan mendapat pengawalan prajurit Demak, kapalnya terdampar di daratan Cirebon yang pada waktu itu berada dibawah kekuasaan Prabu Anom. Mendengar ada kapal terdampar, Prabu Anom segera memerintahkan Patih Wisa Geni untuk menyelidiki siapa orang yang ada dalam kapal tersebut. Patih Wisa Geni datang menemui mereka dan Ahmad menjelaskan bahwa mereka terdampar dengan tujuan semula akan ke tanah suci menyusul ayahnya menunaikan ibadah haji.
Setelah Patih Wisa Geni melaporkan kepada Prabu Anom, lalu Sang Prabu menyarankan agar Ahmad tidak terus melanjutkan perjalanannya ke tanah suci, tetapi diminta untuk tinggal di keraton Cirebon. Lalu Ahmad bersama prajuritnya membongkar isi kapal dan mengikuti saran Sang Prabu untuk tinggal di Keraton Cirebon.

Prabu Anom ingin mencoba kesaktian Ahmad, maka disuruhlah Ahmad menggambar/melukis.
Ternyata gambar-gambar yang dilukisnya sangat bagus dan indah. Oleh karena itu Prabu Anom memberi nama Sumbing Blambang Kara kepada Ahmad. Setelah Prabu Anom menguji lagi dengan menyuruh melukis istrinya. Semula Sumbing menjawab tidak bisa karena belum pernah melihat Sang Permaisuri. Namun Prabu Anom mengancam apabila sumbing tidak dapat melukis istrinya, maka Sumbing akan dibunuh. Akhirnya Sumbing menuruti perintah Prabu Anom untuk melukis Sang Permaisuri yang belum pernah dilihatnya itu.

Karena kesaktiannya, gambar yang dibuatnya ternyata bagus sekali sesuai dengan aslinya. Lukisan istri Prabu Anom persis sekali dengan orangnya, baik bentuk rambut, kuping, kulit, hidung, mata, buah dadanya, bahkan kemaluannya pun dilukisnya. Dan pada saat lukisannya selesai dibuat, tinta yang dipakai melukis menetes tepat pada gambar kemaluan sang permaisuri. Semula lukisan tersebut akan disobek, tetapi mengingat ia akan dibunuh apabila tidak berhasil membuatnya, maka lukisan itu terpaksa ia serahkan kepada Prabu Anom. Ternyata lukisan tadi dipuji Prabu Anom, karena memang pada kemaluan istrinya ada tanda hitam, tepat dimana tinta Sumbing menetes.

Selanjutnya timbul kecurigaan Prabu Anom terhadap Sumbing, jangan-jangan Sumbing sudah melihat tubuh istrinya dan berbuat tidak senonoh dengannya. lalu Sumbing dipindahkan ke Suryaraga (sekarang Sunyaragi). Sisa tinta yang dipakai melukis dibuang ke tengah laut dan dimakan ika Blakutak. Timbul niat jahat Prabu Anom untuk menyingkirkan Sumbing karena takut kesaktiannya tersaingi. Oleh karena itu Prabu Anom memerintahkan Sumbing membuat layang-layang dengan gambar bunderan. Setelah itu Sumbing diperintah membuat taman di Sunyaraga dalam waktusatu hari, dan apabila tidak berhasil maka Sumbing akan dibunuh. Karena kesaktiannya, semua perintah Prabu Anom dapat diselesaikan Sumbing dengan cepat. Setelah taman terwujud, Prabu Anom belum puas juga menguji kesaktian Sumbing. Selanjutnya Sumbing disuruh menaikan/mengejar layang-layang yang diterbangkannya. Setelah layang-layang terbang tinggi naik keatas, tiba-tiba layangan itu miring.

Sumbing diperintahkan untuk membetulkan dengan cara naik melalui benang layang-layang tersebut. Lalu naiklah Sumbing ke atas dan pada saat itu niat jahat Prabu Anom untuk mencelakakan Sumbing segera dilaksanakan dengan cara memotong benang layang-layang tersebut. Layang-layang itu pun putus dari benangnya, lalu terbang kesana kemari tanpa kendali, akhirnya disebuah desa bernama Gali(Sekarang Kalimulu), sedangkan Sumbing jatuh di negeri tar-tar Cina tersangkut disebatang pohon bambu yang bernama ori. Di Negeri Tar-tar Cina tersebut ada seorang pemuda yang sedang tidur dan bermimpi pergi memancing ke suatu daerah di bawah pohon bambu. Di dalam mimpinya itu, ia mendapat ikan kakap emas.

Pada saat akan memancing di bawah pohon bambu, dimana Sumbing tersangkut, ia mendengar suara orang yang tak lain adalah Sumbing, meminta tolong untuk diturunkan. lalu Sumbing segera diturunkan dan dibawa kerumahnya. Saat itu di negeri tar-tar sedang berjangkit wabah penyakit yang susah disembuhkan.

Oleh karena Sumbing memiliki kesaktian, ia berhasil mengobati orang-orang yang sakit. Kejadian tersebut terdengar oleh raja yang pada saat itu anak gadisnya juga menderita sakit. Raja berjanji apabila Sumbing dapat menyembuhkan putrinya, maka dia kan dinikahkan dengannya. Ternyata putri raja yang sangat cantik rupawan itu dapat disembuhkan. Sumbing kemudian dinikahkan dan mereka diberi modal untuk berdagang barang-barang keramik diluar tar-tar. barang dagangan keramik Sumbing laku keras, sehingga menimbulkan persaan iri hati pedagang lain. para pegdagang serentak bersatu menyerbu, tetapi Sumbing berhasil melompatdan menghilang dan berdiam di Karang Pondo disebelah selatan Warung Asem.

Ditempat persembunyiannya Sumbing kedinginan, lalu ia membuat bakar-bakaran yang abunya berterbangan menjadi arang hingga jatuh ke daerah Mandiangin(tempat tersebut disebut Siareng), juga keselatan ke daerah Sigeber yang sekarang menjadi perbatasan Desa Kalikoa. Sumbing menjadi guru ngaji disana .

Banyak Ki Gede yang belajar ngaji padanya.
Pada saat itu taman Sunyaraga mengalami kerusakan parah dan hanya dapat dibetulkan oleh orang Tar-tar dari daratan Cina. Lalu Prabu Anom mengutus Patih Wisa Geni untuk mencari orang Tar-tar yang pernah menolong Sumbing Balmbang Kara. Orang tersebut menyanggupi dengan syarat dia minta diberi upah istri Prabu Anom yang termuda, yaitu yang ke - 40 yang cantik jelita. Prabu Anom menyetujuinya dan akhirnya taman Sunyaraga pun dapat dibetulkan dengan upah istri Prabu Anom yang ke-40 sesuai dengan perjanjian. Melihat kejadian itu Patih Wisa Geni menjadi iri hati dan mengajak orang tar-tar tadi bertanding.

Orang Tar-tar tersebut dapat dikalahkan oleh Patih Wisnu Geni. Kepalanya dipenggal hingga mental jauh ke Kedung Teja dan badannya tertinggal di Sunyaraga. Saat kepalanya hampir jatuh ke Kedung Teja.
orang tersebut mengucap Cikoa, maka oleh Sumbing ia dimakamkan di gedongan. Daerah tersebut sekarang disebut Kalikoa. Setelah meninggal, Sumbing terkenal dengan pangggilan "Syekh Ahmad Pangiran Panji"