ASAL USUL DESA GEGUNUNG
Sejarah kelurahan Gegunung tidak terlepas dari sejarah patilasan Panembahan Pasarean. Semasa hidupnya Pangeran Pasarean dipercaya dan diberi kekuasaan oleh Ayahandanya untuk memimpin beberapa daerah kekuasaan Sultan dan tugas-tugas penting lainnya. Di antaratugas penting itu adalah membuat tapal batas antara Galuh dan Cirebon.
Dalam menjalankan tugas tersebut dikawal oleh pasukan dan pinisepuh serta dibekali senjata cis / keris yang menyerupai tombak.
Diawali dari bukit kaki gunung ciremai / yang sekarang disebut Mandirancan. Dia menancapkan senjata cis=nya terus kearah utara dan akhirnya sampailah disuatu daerah yang tanahnya ngegunduk menyerupai gunung yang sekarang dinamakan desa Gegunung.
Di tempat inilah Pangeran Pasarean dan rombongannya dihadang oleh serombongan pasukan yang dipimpin oleh Sang Ikultua yaitu telik sandi dari Pajajaran yang malik warna / berubah wujud menjadi Harimau. Maka terjadilah peperangan namun setelah harimau tersebut mengetahui jika Pangeran Pasarean adalah Putra Mahkota Sunan Gunung Djati yang notabennya termasuk cicit Prabu Silihwangi maka peperangan segera dihentikan.
Pada akhirnyaSang Ikultua berkenan tunduk pada Pangeran Pasarean. Di tempat ini pula sampai akhirnya Pangeran Pasarean dan para pengawalnya menetap di Gegunung untuk melaksanakan si’ar agama Islam dan menggembleng dirinya dan pasukannya baik jasmani dan rohaninya untuk menjadi pemimpin dan prajurit sejati yang selalu untuk kepentingan agama bangsa dan negara.
Pangeran Pasarean juga sering mengadakan pertemuan-pertemuan di pinggir sungai Cipager dengan para kigede dan tokoh-tokoh kesultanan untuk membahas strategi yang mengancam atau mengganggu kesultanan Cirebon. Dalam rapat-rapat sering dipimpin oleh Sang Ikul Tua.
Berkat pertimbangan dia yang luhur hasil rapat selalu memuaskan semua pihak dan menghasilkan keputusan yang baik.
Sampai akhirnya Sang Ikultua bergelar Ki Buyut Timbang Luhur. Dan seorang yang menyediakan perlengkapan dalam rapat-rapat diberi gelar Ki Buyut Srana, untuk keamanan dipimpin oleh Patih Logawa yang bergelar Buyut Sena, dan yang menambak segala bencana bergelar Ki Buyut Tambak.
Seorang juru sidang yang sangat adil diberi gelar Ki Buyut Pasidangan.
Adapun tempat rapat-rapat diberi nama Pendopo Agung. Bekas goresan Cis yang membentang dari selatan ke Utara membentuk sungai yang diberinama sungai Cipager.
Ci artinya air Pager artinya batas. Dan juga sumur tempat air minum mandi dan wudlu diberi nama sumur Bagja Kamulyan. Dan tempat Pangeran bersemedi dan menyimpan benda-benda miliknya oleh pengikutnya diberi tanda yang sekarang disebut makam Pangeran Pasarean.