Konon
berdasarkan cerita para sesepuh Desa Pandak mengisahkan bahwa awal mula
nama Desa Pandak berasal dari kisah datangnya seorang pertapa agung
bernama Mbah Pendek. Beliau adalah seorang pertapa sakti yang berbudi
luhur yang mengarungi perjalanan kehidupannya dengan merantau sambil
menebarkan bhakti sosial, ilmu kanuragan yang adiluhung, budi pekerti
luhur dan berbagai tatanan kehidupan yang tenteram, damai, rukun dan
sentosa. Beliau dikenal arif bijaksana di kalangan nayaka praja maupun
abdi dalem, disegani kawan maupun lawan.
Beliau seorang pertapa agung
yang berjiwa penolong. Hingga pada suatu saat beliau bertemu dengan
seorang wanita pengelana yang ahli dalam menari (terkenal dengan nama
Nyai Ronggeng) bersama putri asuhnya yang masih keturunan trah Kadipaten
Kuthaliman. Di saat mereka mengembara singgahlah mereka di pertapaan
Mbah Pendek. Lama-kelamaan mereka tinggal di pedukuhan itu, hingga
banyak pendatang yang mengikuti jejak Nyai Ronggeng untuk tinggal di
pedukuhan itu membentuk masyarakat desa yang tenteram, guyub rukun dalam
kedamaian.
Lama-kelamaan banyak warga berdatangan ke pedukuhan itu,
setelah mereka beranak pinak hingga terbentuklah masyarakat desa. Untuk
mengenang kasepuhan pendirinya maka desa itu dinamakan Desa Pandak.
Beberapa kisah tentang adat yang masih berlaku di Desa Pandak antara lain
Pada
jaman dulu hingga kini masyarakat Desa Pandak pantang menyebut kata
“pendeken” karena frase kata tersebut ada mosi merendahkan Mbah Pendek.
Masyarakat
Pandak tidak boleh menanggap hiburan wayang kulit sampai tujuh turunan
sejak adanya sengketa pendapat antara Mbah Dukun dengan Mbah Nyai
Ronggeng, namun pada dekade tahun 1960 an serapah tersebut digugurkan
dengan adanya gebyak wayang kulit Pandak Ki Dalang Martosuwito. Kemudian
disusul pula oleh Ki Dalang Aji Mujiono. Sejak itulah pagelaran wayang
kulit semalam suntuk di Desa Pandak dapat dilakukan hingga kini.
Demikian
juga dengan tanggapan hiburan Ronggeng, Ebeg (Kuda Lumping), Lengger,
Angguk (Tari Rebana),Genjringan, Calung, Gendhingan, Tarling,
Kenthongan, bahkan penampilan group musik modern seperti Band dapat
diselenggarakan di Desa Pandak.
Kegiatan keagamaan seperti kegiatan
tahlil pada kendurian juga berlangsung turun temurun. Hal ini dilakukan
sebagian masyarakat Desa Pandak yang beragama Islam pada saat acara
selamatan, tasyakuran, dan dijadikan sebagai kegiatan rutin warga pada
malam Jum’at secara berkeliling atau bergiliran tempat dengan maksud
agar masyarakat yang belum bisa membaca Al Qur’an dapat saling belajar.
1.1 Sejarah Pembangunan Desa Pandak
I. Masa Pemerintahan Belanda
Sejarah
Pembangunan Desa Pandak diawali dari periode tahun 1910 – 1945
kepemimpinan Ki Lurah Tarkam Reksawiredja, Ki Lurah Soerawiredja, dan Ki
Lurah Cakrip Soerawikarta secara bergantian sesuai ketentuan pemerintah
Belanda. Namun pembangunan Desa Pandak saat itu belum banyak hal yang
dapat diungkapkan, dan kepemimpinan di era itu masih berbau pemerintahan
feodal.
Sejarah Desa Pandak
Ditulis Oleh : Team Sejarah Desa
Saat ini anda sedang membaca Sejarah desa yang berjudul Sejarah Desa Pandak,, Semoga sejarah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan pengetahuan sejarah desa yang ada di indonesia. Kritik dan saran silahkan kirim melalui kotak komentar di bawah ini ....
Share this:
Tags :
#Banyumas,
#Jawa Tengah
Berikutnya
« Post Berikutnya
« Post Berikutnya
Sebelumnya
Sebelumnya Post »
Sebelumnya Post »