-->

Sejarah Desa Beraban

Sejarah Desa Beraban

SEJARAH SINGKAT ASAL USUL DESA BERABAN


Sejarah Desa Beraban

Sejarah tentang Desa Beraban bersumber dari sebuah lontar tua yang masih tersimpan di salah satu keluarga di Desa Beraban ( Geria Batu Buah ). Pada Kulit lontar itu tertera “ Empu Pranadnyana Siwa 2 “.

Di dalam lontar tersebut terketiklah tahun Icaka 1116 , “ Titi paksa ruwa welas “ merupakan awal cerita yang diceritakan berlangsungnya permusyawarahan para Empu di Toh Langkir ( Gunung Agung ). Diceritakan pula jaman keemasan Dinasti Dalem di Gelgel , pergeseran / perpindahan pemukiman di Desa Beraban serta kedatangan Dang Hyang Dwijendra di Pura Tanah Lot.

Asal usul nama Desa Beraban yang berlokasi di dekat pantai Tanah Lot di wilayah Kecamatan Kediri , Daerah Tingkat II Tabanan berkaitan erat dengan pergeseran / perpindahan pemukiman penduduk yang semula bermukim di sepanjang pantai mengalih ke tengah.

Pemukiman di pesisir pantai diawali dengan kedatangan “ Dalem Kresna Kepakisan “ ke Bali pada awal tahun 1380. Beliau diiringi oleh para Arya , para Rsi dan banyak pengikutnya yang lain. Tersebut juga di dalam Lontar itu Beliau beserta rombongan menuju tempat yang dianggap suci yakni : SILA NGUNGANG yang kini disebut Batungaus (disebelah timur pura Tanah Lot).

Beberapa pengikut Beliau tidak ikut melanjutkan perjalanan , bahkan membuat pemukiman di sepanjang pantai ke barat, yang namanya disesuaikan dengan keadaan alam dan lingkungan , seperti Batu Ngemped , Batu Gang, dan lain sebagainya. Dikisahkan pula di dalam lontar “ Empu Pradnyana Siwa “ adanya seorang gadis cantik yang lahir dari “Pilahingwatu“. Di pemukiman Batu Gang ( Batugaing ) kejelitaan itulah yang pada akhirnya mengundang bencana , dimana “ Ki Dawang “ pelarian dari “ Kunir Lidah “ (sekarang disebut Nyitdah) , menggoda si anak Gadis tersebut, yang akhirnya menimbulkan keributan dan kegaduhan di seluruh pemukiman yang dikenal sebagai “KEBEREBEHAN DENING KALA”. Untuk menenangkan suasana, para Rsi / Bagawanta mendirikan suatu pura Parahyangan penyimpan kala yang sekarang disebut pura “Kali Pisang”, yang terletak di Pangkung Tibah di sebelah Barat Desa Beraban. Dari kata “BEREBEHAN“ inilan berubah menjadi “ BERABAN “. Pada masa pemerintahan Dalem khususnya Dalem Baturenggong, struktur politik dan kenegaraan Keraton Gelgel lebih mendekati Sistem Negara Kesatuan. Semua penguasa Daerah di Bali bertanggung jawab langsung kepada Penguasa tertinggi di Gelgel. Dengan restu Gelgel diangkatlah Ki Bendesa Beraban selaku Penguasa di Desa Beraban , di dampingi oleh para Rsi / Bagawanta. Pada masa pemerintahan Ki Bendesa Beraban datanglah “Dang Hyang Dwijandra” (Sekitar tahun 1578) di Desa Beraban dan melakukan penyucian diri di “Gili Bio” , yang artinya pulau di tengah laut (Sekarang dengan nama Pura Tanah Lot).

Sebelum Dang Hyang Dwijendra meninggalkan Desa Beraban , Beliau sempat menghadiahkan sebuah keris Pusaka atau Pasupati yang diberi nama “Ki Baru Gajah”. Beberapa tahun kemudian Ki Bendesa Beraban membuktikan keampuhan Keris Pusaka tersebut terhadap musuhnya “Ida Dalem”, “Ibhuta Raja Kala Bebaung” yang sedang merajalela di Baliling (Buleleng). Setelah tewasnya Ibhuta Raja Kala Bebaung , Ki Bendesa Sakti Beraban menuntut Janji terhadap Ida Dalem, dimana Dalem dengan berat hati dan terpaksa menyerahkan permaisurinya yang sedang hamil tua , dengan syarat agar jangan di campuri sebelum kandungan tersebut lahir. Putra Dalem kemudian lahir dalam perjalanan di Nyitdah, serta diberi nama Satrya Pungakan Dalem.

Keris itu kemudian diserahkan kepada Satrya Pungakan Dalem , yang akhirnya karena suatu dan lain hal Keris itu pindah ke tangan Arya , serta kini disimpan di Puri Kediri. Pada tahun 1686 , pindahnya Kerajaan Dalem dari Gelgel ke Klungkung (Puri Semara Pura) mengubah sistem politik dan Kenegaraan lebih mendekati sistem Konfederasi , dimana fungsi Klungkung tidak lagi sebagai Penguasa Politik Tertinggi.

Pada saat itu pula, Kerajaan Menguwi mencapai puncak kejayaannya, serta sempat memporakporandakan Desa Beraban dalam menjalankan expansinya. Disaat jatuhnya Menguwi terjadi lagi perpindahan Pemukiman Penduduk, seperti Pasekan pindah ke Gegelang, Batu Ngemped dan Njung Pura ke Dukuh. Hal itu merupakan tonggak awal pembenahan struktur Desa yang juga diikuti dengan perubahan – perubahan lain seiring dengan perkembangan zaman dan era pembangunan lahirnya beberapa Banjar / Dusun. Setelah terkepungnya kerajaan Menguwi oleh laskar Tabanan dan Badung, barulah adanya ketenangan dan ketentraman, termasuk pula Desa Beraban yang mulai berbenah diri mengaktifkan masing-masing Banjar yang ada di wilayah Desa Beraban. Adapun Bebanjaran yang mewilayahi Desa Beraban pemberian namanya telah dikaitkan/disesuaikan dengan letak, denah dan juga peringatan dari pada suatu peristiwa.

Sangat erat kaitannya dengan peristiwa atau kejadian seorang Gadis Cantik (bernama PARIENG WARINGIN) yang pernah membawa bencana atau malapetaka “Keberebehan”, sehingga merupakan kesan dan kenangan yang tidak bisa dihapuskan maka wujud dan figur si “PARIENG WARINGIN” diwujudkan dalam struktur Desa membujur dari utara ke arah selatan menuju laut. Paling ujung utara merupakan Hulu atau Kepala adalah Banjar “ULU DESA” turun ke bawah yang merupakan leher, Banjar “GEGELANG” berasal dari kata “LANGGA” yang memilik arti tenggorokan. Banjar “BATU BUAH” (sekarang BATANBUAH) memiliki arti “Payudara”, Banjar Beraban terletak di titik tengah antara batas utara dan selatan (Laut) merupakan “NAVEL” nya Desa, terbukti parahyangan “PUSER TASIK“, di Banjar Beraban , sehingga nama banjar disamakan dengan nama Desa. Banjar Batu Gang (Sekarang Batugaing) merupakan Boga (vagina)

Adapun Banjar Dukuh atau Kukuh yang artinya “Tahan”, merupakan orang – orang yang kuat menahan diri untuk melepaskan keduniawian , yang juga merupakan tangan kanannya. Di sebelah kiri adalah Banjar Sinjuana, berasal dari kata “Sindhu dan Wana” yang artinya hutan rawa. Konon dulu sebelum Kerajaan Menguwi merupakan batas wilayah Beraban.

Sedangkan banjar yang terakhir terletak di tapal batas timur Desa, sekarang merupakan pemukiman orang – orang yang di beri nama Suaka pada jaman kerajaan Menguwi. Mereka berjanji untuk memenuhi semua peraturan dan tatatertib yang berlaku di Desa Beraban. Dari kata Janji lahirlah banjar Nyanyi.

Demikian sejarah singkat lahirnya Nama Desa Beraban beserta Banjar-banjar di Desa Beraban, semoga ada manfaatnya bagi generasi yang akan datang.